Loading...
Please wait, while we are loading the content...
Similar Documents
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan pendapatan petani peserta program HKm di Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah, baik secara parsial maupun secara serempak dan untuk mengetahui determinan yang paling dominan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
| Content Provider | Semantic Scholar |
|---|---|
| Author | Winata, Widiarti Basuki, Prayitno Karismawan, Putu |
| Copyright Year | 2015 |
| Abstract | This study aims at analyzing the determinants of income of farmers participating in Community Forest Programs (HKm) at the sub district of North Batukliang, the District of Central Lombok both partially and simultaneously as well as to find out the most dominant factor. This descriptive study employed primary and secondary data. Taking 150 people as the samples, data was gathered through survey sample method. Respondents were chosen randomly then the data was analyzed using double linier regression. Partially, the results indicate that out of the seven variables influencing the income, there are three variables which are not really significant; education, working hours allocation, and location. Other variables such as land size, experience, capital, and training are identified significantly influence the income. Of the seven, the capital variable is the most dominant with the correlation coefficient of 0.755.The (determinant coefficient) R 2 is 0.701. This means that 70.10 percent of variable in the model influences the income variable, and the contribution percentage of the random variables excluded from the model is 29.90.The average of monthly income in each level consecutively is; level I : Rp. 2.379.245, level II Rp. 2.678.500, and level III Rp 3.158.823. Meanwhile, the average income of all the 150 respondents is Rp. 2.632.000/month. It is suggested for future researchers interested in this discussion to include other variables not covered in this study such as age, non-family manpower, and cost of consumption and farming practices. For the government agencies responsible in this sector, it is recommended for the government to increase the farmers’ income by giving additional land size to be managed by the farmers whose land size is under 0.5 hectare. ©2015 Universitas Mataram Alamat koresponden penulis: E-mail : blhp.mohe@yahoo.com Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora, Vol. 1 No. 1 TAHUN 2015 34 PENDAHULUAN Penduduk sekitar hutan sebagian besar bekerja dalam sektor pertanian, namun masyarakat tidak mempunyai lahan pertanian yang memadai. Di samping itu mereka mempunyai pengetahuan dan tehnologi pertanian yang terbatas serta lahan hutan yang disediakan untuk diolah masyarakat terbatas, oleh karena itu masyarakat di sekitar hutan secara sungguh-sungguh mengusahakan lahan garapannya agar dapat memberikan keuntungan. Dari keadaan tersebut perlu dicari alternatif-alternatif model pengelolaan yang sesuai dengan lahan kehutanan. Kebijakan tersebut antara lain mewujudkan dalam bentuk program Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Rakyat (HR) dan Hutan Desa (HD) yang merupakan program reboisasi kehutanan sekaligus memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar hutan. Untuk mengelola hutan secara lebih lestari diperlukan pengetahuan yang mendalam agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pengetahuan secara formal dapat dilakukan melalui jalur pendidikan sedangkan yang bersifat non formal bisa dilakukan melalui jalur pelatihan dan penyuluhan. Dengan pendidikan yang pernah ditempuh akan memudahkan masyarakat yang ada disekitar hutan untuk menerima informasi-informasi atau perubahanperubahan yang berdampak positif bagi kegiatan pengelolaan HKm. Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan program HKm, Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah mendapatkan pencadangan areal kerja HKm dari Menteri Kehutanan seluas 14.836,50 ha yang tersebar di 8 (delapan) Kabupaten/Kota. Pembangunan HKm di Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah dilaksanakan secara swadaya oleh kelompok tani hutan sejak tahun 1999. Input dari Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Tengah dan Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat berupa bimbingan teknis dan bantuan bibit tanaman. Sedang kegiatan pendampingan untuk pengembangan kelembagaan masyarakatnya di fasilitasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lembaga swasta yang membidangi kehutanan seperti Yayasan Keluarga Sehat Sejahtera Indonesia (YKSSI), Konsepsi, Transform, Yayasan Masyarakat Nusa Tenggara (SAMANTA) dan lain-lain. Fungsi kawasan hutan di Kabupaten Lombok Tengah masih di dominasi kawasan hutan lindung, dengan luas hutan 20.334,3 ha terdiri dari hutan lindung 9.596,85 ha, hutan produksi 4.583,87 ha dan hutan konservasi 6.153,58 ha. Penetapan areal kerja HKm seluas 1.809,5 ha terdapat di Kecamatan Batukliang Utara yaitu di 4 (empat) desa diantaranya Desa Lantan, Desa Kr. Sidemen, Desa Aik Berik dan Desa Setiling. Secara rinci data luas areal kerja HKm, pengelola HKm, IUPHKm, di masing-masing desa, dapat dilihat pada tabel. 1.2 sebagai berikut : Dalam pengelolaan areal kerja HKm tentunya membutuhkan sejumlah modal dan tenaga kerja sebagai faktor produksi yang akan bersinergi untuk mencapai keberhasilan atau pendapatan dari pengelolaan hutan tersebut. Modal yang dimaksudkan adalah berupa uang yang digunakan untuk membiayai aktifitas-aktifitas dalam pengelolaan hutan untuk mendapatkan penghasilan atau pendapatan. Semakin luas lahan areal HKm semakin besar modal yang dibutuhkan. Berkaitan dengan faktor produksi tenaga kerja, semakin luas lahan areal HKm tentunya dibutuhkan curahan jam kerja yang lebih banyak dalam mengelola hutan tersebut untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Program HKm di Kabupaten Lombok Tengah telah berlangsung kurang lebih tujuh belas tahun dengan berbagai macam kendala dan hambatan dalam pelaksanaannya. Dengan demikian perlu dicermati mengenai keberhasilan program ini dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemahaman yang benar mengenai HKm akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai “Analisis Determinan Pendapatan Petani Program Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah” Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang akan diteliti di lapangan sebagai berikut : 1. Apakah pendidikan, luas lahan, curahan waktu kerja, pengalaman, modal, lokasi dan penyuluhan merupakan determinan pendapatan petani peserta program HKm di Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah ? 2. Determinan mana yang paling dominan mempengaruhi pendapatan petani peserta program HKm di Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui determinan pendapatan petani peserta program HKm di Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. 2. Untuk mengetahui determinan yang paling dominan mempengaruhi pendapatan petani peserta Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora, Vol. 1 No. 1 TAHUN 2015 35 program HKm di Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan baik pemerintah pusat maupun daerah guna pengembangan program HKm di masa yang akan datang; 2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam program HKm yang berkelanjutan di masa yang akan datang; Memberi kontribusi keilmuan dalam pengelolaan HKm dari sisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat. |
| File Format | PDF HTM / HTML |
| Alternate Webpage(s) | http://jseh.unram.ac.id/index.php/jseh/article/download/21/3 |
| Language | English |
| Access Restriction | Open |
| Content Type | Text |
| Resource Type | Article |