Loading...
Please wait, while we are loading the content...
Similar Documents
Penerimaan Khalayak Remaja Laki-laki Di Surabaya Terhadap Tayangan Identitas Crossdresser Di Televisi (studi Reception Analysis)
| Content Provider | Semantic Scholar |
|---|---|
| Author | Imayani, Rizki |
| Copyright Year | 2012 |
| Abstract | Studi ini meneliti tentang penerimaan khalayak remaja laki-laki di Surabaya, yang bertujuan untuk melihat pemaknaan dan refleksi terhadap identitas tayangan crossdresser di televisi, dengan menggunakan metode Reception Analysis dan indepth intensive interview sebagai teknik untuk menggali pemaknaan, serta individu (informan) sebagai unit analisis penelitian. Crossdresser yang dimaksud adalah identitas seseorang yang memakai atribut berbeda sexes (jenis kelamin) dan melakukan tindakan pertukaran atribut. Keberadaan identitas tersebut masih dinilai masyarakat secara tabu dan negatif. Sehingga apabila seorang laki-laki masuk dalam kategori crossdresser dan terkuak identitasnya, maka lalu individu akan dianggap ‘sakit’, ‘sampah’ dan memiliki deviasi (penyimpangan) tingkah laku oleh masyarakat. Berbagai interpretasi dan asumsi itu disebabkan oleh masih kentalnya adat serta budaya ketimuran yang masih dipegang teguh masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan pemaknaan informan dalam memaknai tayangan identitas crossdresser di televisi. Pada satu sisi ,image itu dianggap sebagai refleksi identitas oleh informan crossdresser. Namun, pada sisi lainnya, keterkaitan sikap ‘kelaki-lakian’ informan bukan crossdresser, membuat mereka menolak gambaran itu. Selain itu terdapat pemahaman pada informan, apabila ownership media merupakan penyebab utama hadirnya representasi identitas seksualitas crossdresser di televise, melalui berbagai ideologynya. Informan crossdresser (V, VC, ES) merespon tayangan itu sebagai bentuk pengakuan eksistensi serta refleksi kaum atau diri mereka, yang dianggap sesuai dengan identitas crossdresser di realitas serta identitas entertainer crossdresser seperti Olga Syahputra, Ivan Gunawan, Aming, dianggap ‘berkorelasi’ dengan identitas diri mereka (dominant). Informan bukan crossdresser (MM), merasa terefleksi dengan identitas crossdresser di televise—memakai baju dan syal berwarna warni, dan merespon image (sikap, gesture, body language lembeng dan kebanci-bancian) tersebut sesuai dengan realitas. Namun hal itu tidak sepenuhnya diyakini karena merasa bukan banci (tidak sesuai dangan latar belakang sosial dan budaya normalitasnya)—negotiated. Informan bukan crossdresser (AA, ABP, IP, dan AHP) memiliki respon, interpretasi, pemaknaan, dan refleksi berlawanan, (diperlihatkan dengan penolakan, perasaan jijik, pernyataan tidak akan terinfluence dan terefleksikan identitasnya) terhadap tayangan maupun identitas crossdresser di televise—oppositional |
| File Format | PDF HTM / HTML |
| Alternate Webpage(s) | http://repository.unair.ac.id/15418/1/gdlhub-gdl-s1-2012-imayaniriz-24094-abstract.pdf |
| Language | English |
| Access Restriction | Open |
| Content Type | Text |
| Resource Type | Article |